Minggu, 22 Juni 2025

KOMIK HMJ GIZI PKM 2025

KOMIK (KORAN MINI KAMPUS)
HMJ GIZI PKM 2025
EDISI BULAN JUNI


HARI PANCASILA 
Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, merupakan momen bersejarah yang meneguhkan dasar ideologis bangsa Indonesia. Pada tanggal ini di tahun 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya dalam sidang BPUPKI yang kemudian melahirkan rumusan awal Pancasila sebagai dasar negara yang mempersatukan bangsa Indonesia yang majemuk.

Di era modern ini, makna Hari Lahir Pancasila tidak hanya sebagai penghormatan terhadap sejarah pembentukan dasar negara, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai seperti kemanusiaan, persatuan, demokrasi, keadilan sosial, dan ketuhanan tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman, baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, maupun budaya.

Melalui peringatan ini, kita diajak untuk terus mengamalkan Pancasila dalam tindakan nyata, memperkuat toleransi, menjaga kebhinekaan, dan membangun kehidupan yang adil dan beradab. Dengan menjadikan Pancasila sebagai panduan moral dan etika, kita dapat menciptakan Indonesia yang damai, tangguh, dan berkepribadian dalam kebudayaan.


HARI KELUARGA NASIONAL 
Hari Keluarga Nasional, yang diperingati setiap 29 Juni, merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran akan peran sentral keluarga dalam membentuk bangsa yang sehat, sejahtera, dan berdaya saing.

Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat memiliki peran strategis dalam membentuk karakter, mendidik generasi, serta menanamkan nilai sosial dan budaya sejak dini. Di tengah tantangan modern seperti tekanan ekonomi, perubahan gaya hidup, dan pengaruh teknologi digital, nilai-nilai kekeluargaan sering kali terabaikan.

Oleh karena itu, peringatan ini menjadi ajakan untuk memperkuat kembali peran keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam pendidikan, pengasuhan, serta perlindungan anak. Selain itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang ramah keluarga melalui program edukatif, kesehatan reproduksi, dan dukungan sosial lainnya.

Mari jadikan keluarga sebagai ruang yang aman, hangat, dan penuh kasih, tempat terbaik untuk bertumbuh dan saling mendukung dalam menghadapi dinamika kehidupan. Sebab keluarga yang kuat adalah fondasi utama bagi bangsa yang maju.


HARI YOGA SEDUNIA 
Hari Yoga Sedunia diperingati setiap 21 Juni, ditetapkan oleh PBB sejak 2014 atas usulan Perdana Menteri India, Narendra Modi. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan solstis musim panas—hari terpanjang dalam setahun yang memiliki makna spiritual dalam tradisi yoga.

Yoga sendiri merupakan praktik kuno dari India yang telah berkembang lebih dari 5.000 tahun. Kata “yoga” berasal dari Sanskerta "yuj", yang berarti penyatuan antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Praktiknya melibatkan gerakan tubuh, pernapasan, meditasi, serta pengendalian diri.

Hari Yoga Sedunia bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat global tentang pentingnya hidup sehat dan seimbang secara alami. Yoga terbukti dapat meredakan stres, menjaga kesehatan fisik, dan membawa ketenangan batin.

Perayaan ini biasanya diisi dengan sesi yoga massal, seminar, dan kampanye kesehatan di berbagai negara, bahkan di tempat ikonik dunia seperti Taj Mahal dan Times Square. Hari ini menjadi simbol persatuan manusia melalui praktik yang damai dan menyehatkan, sekaligus ajakan untuk hidup lebih harmonis dengan diri sendiri dan alam sekitar.


- RUANG KARYA HMJ GIZI PKM -
Judul : Antara Aku Dan Diriku
Karya : Ayu Sri Wulandari 

Hari ini,
aku tak ingin pura-pura kuat.

Bukan karena aku lemah,
tapi karena kekuatanku
sudah terlalu lama dipinjam oleh semua orang, dan tak pernah dikembalikan.

Aku merasa sendiri,
Di tengah keramaian yang tak pernah sunyi kudengar
Aku sedih 
Karna hatiku menangis di suatu tempat
Yang tak seorang pun peduli untuk singgah sejenak, 
menatap luka yang diam-diam bernapas.

Mereka lalu terburu, seolah aku tak pernah utuh
Padahal di balik senyum yang kusemat, ada badai yang tak kujelaskan
Dan aku hanya ingin... seseorang bertanya, "Apa kamu benar-benar baik-baik saja?"

Aku capek.
Capek jadi penopang tanpa sandaran,
jadi pelari tanpa garis akhir,
jadi cahaya untuk orang lain
padahal aku sendiri butuh terang.

Aku rindu,
bukan pada satu nama saja,
tapi pada rasa aman,
pada peluk yang tak menuntut penjelasan,
pada seseorang yang hanya akan duduk dan bilang:
"Kamu tidak harus baik-baik saja."

Dan aku bingung…
karena semua arah tampak seperti labirin
yang hanya membuatku kembali
pada luka yang sama.

Tapi tolong, jangan salah paham
aku belum menyerah.

Aku hanya ingin istirahat.
Menaruh pedang, menurunkan tameng,
dan di peluk kata-kata:
“Kamu sudah cukup. Kamu berharga. Dan kamu tak sendiri.”

Hari ini,
aku hanya ingin jujur.
Karena di balik luka yang diam,
masih ada hati yang ingin hidup,
meski pelan, meski perlahan.

Minggu, 01 Juni 2025

MADING HMJ GIZI PKM 2025

MADING (MAJALAH DINDING)
HMJ GIZI PKM 2025
EDISI BULAN JUNI


MEWARNAI INDONESIA DENGAN SEMANGAT PANCASILA 

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman—dari suku, agama, budaya, hingga bahasa. Namun, kekayaan ini bukan tanpa tantangan. Perbedaan yang ada harus dijaga dalam bingkai kesatuan dan nilai-nilai luhur yang menyatukan seluruh rakyat Indonesia. Di sinilah peran Pancasila menjadi sangat penting. Sebagai dasar negara dan panduan hidup berbangsa, Pancasila memberi warna dalam setiap langkah masyarakat Indonesia.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa (Lambang: Bintang)
Pilar pertama ini menegaskan bahwa Indonesia mengakui keberadaan Tuhan dan menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Kebebasan beragama dijamin oleh negara, dan toleransi antarumat beragama menjadi nilai utama dalam kehidupan masyarakat. Dalam semangat ini, setiap individu bebas menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya, tanpa rasa takut dan diskriminasi.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Lambang: Rantai)
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sesama manusianya. Nilai kemanusiaan dalam Pancasila mengajarkan bahwa setiap orang harus diperlakukan dengan adil, penuh kasih, dan beradab. Tidak boleh ada penindasan, kekerasan, atau perlakuan yang merendahkan martabat manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tercermin melalui empati, saling menghormati, dan kepedulian sosial.

3. Persatuan Indonesia (Lambang: Pohon Beringin)
Keberagaman yang dimiliki Indonesia hanya akan menjadi kekuatan jika dijaga dengan rasa persatuan. Meski berbeda latar belakang, seluruh rakyat Indonesia adalah satu kesatuan dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Persatuan menjadi fondasi utama untuk mewujudkan bangsa yang kuat, damai, dan berdaulat.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Lambang: Banteng)
Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat. Dalam sistem demokrasi Pancasila, musyawarah dan mufakat menjadi cara terbaik untuk mencapai keputusan bersama. Prinsip ini mengajarkan kita pentingnya mendengarkan, berdiskusi dengan kepala dingin, serta mencari solusi secara bijaksana dan adil.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Lambang: Padi dan Kapas)
Keadilan sosial menjadi tujuan akhir dari seluruh nilai Pancasila. Negara harus memastikan bahwa semua rakyatnya mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perlindungan hukum. Tidak boleh ada kesenjangan yang tajam antarwarga negara. Semua harus merasakan kesejahteraan, tanpa terkecuali.


KARYA MAHASISWA 

- Antara Aku dan Diriku -

Karya: Ayu Sri Wulandari

Hari ini,
aku tak ingin pura-pura kuat.

Bukan karena aku lemah,
tapi karena kekuatanku
sudah terlalu lama dipinjam oleh semua orang, dan tak pernah dikembalikan.

Aku merasa sendiri,
Di tengah keramaian yang tak pernah sunyi kudengar
Aku sedih
Karna hatiku menangis di suatu tempat
Yang tak seorang pun peduli untuk singgah sejenak,
menatap luka yang diam-diam bernapas.

Mereka lalu terburu, seolah aku tak pernah utuh
Padahal di balik senyum yang kusemat, ada badai yang tak kujelaskan
Dan aku hanya ingin... seseorang bertanya,
"Apa kamu benar-benar baik-baik saja?"

Aku capek.
Capek jadi penopang tanpa sandaran,
jadi pelari tanpa garis akhir,
jadi cahaya untuk orang lain
padahal aku sendiri butuh terang.

Aku rindu,
bukan pada satu nama saja,
tapi pada rasa aman,
pada peluk yang tak menuntut penjelasan,
pada seseorang yang hanya akan duduk dan bilang:
"Kamu tidak harus baik-baik saja."

Dan aku bingung…
karena semua arah tampak seperti labirin
yang hanya membuatku kembali
pada luka yang sama.

Tapi tolong, jangan salah paham
aku belum menyerah.

Aku hanya ingin istirahat.
Menaruh pedang, menurunkan tameng,
dan di peluk kata-kata:
“Kamu sudah cukup. Kamu berharga. Dan kamu tak sendiri.”

Hari ini,
aku hanya ingin jujur.
Karena di balik luka yang diam,
masih ada hati yang ingin hidup,
meski pelan, meski perlahan.


KESIMPULAN
Pancasila bukan hanya dasar negara yang tertulis dalam konstitusi, tetapi juga panduan moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Kelima sila yang terkandung di dalamnya mencerminkan nilai-nilai universal yang relevan dengan tantangan zaman, seperti toleransi, keadilan, persatuan, demokrasi, dan kesejahteraan sosial.

Mewarnai Indonesia dengan semangat Pancasila berarti menghadirkan nilai-nilai luhur tersebut dalam sikap dan tindakan nyata—di rumah, sekolah, kampus, tempat kerja, hingga dalam ruang digital. Toleransi kita terhadap perbedaan, kepedulian terhadap sesama, serta semangat untuk bekerja sama demi kebaikan bersama adalah wujud nyata dari semangat Pancasila yang hidup dan menghidupkan.

Sebagai generasi penerus bangsa, sudah saatnya kita menjadikan Pancasila bukan sekadar hafalan, melainkan pedoman yang membentuk karakter dan arah langkah. Dengan begitu, Indonesia akan terus tumbuh menjadi bangsa yang kuat, bersatu, dan beradab—bangsa yang tak hanya kaya secara budaya dan sumber daya, tetapi juga kaya akan nilai-nilai kemanusiaan.

Karena sejatinya, mewarnai Indonesia bukan hanya tentang apa yang kita capai, tapi tentang bagaimana kita hidup bersama—dengan semangat gotong royong, keadilan, dan cinta tanah air.